Sabtu, 04 September 2010

NR offroad cikuda


NR offroad cikuda akhirnya jadi juga kita NR off road,
dengan berdelapan mulai kita penulusuran yg belum biasa,
maklum selama ini bila NR kita selalu on road.

Selepas bandaran Pucung, masuk gang,
mulailah dengan trek becek bin jeblok karena
trek rusak bekas tapak ban motor yg berulang-ulang,
memerangkap ban sebagian goweser karena kurang jeli dalam memilih trek.

Maklum ada yg sebagian ngak pakai lampu,
dengan alasan murid perguruan macan putih,
pasti bisa melihatdengan jelas di kegelapan ......ah yang bener aja om

Selepas lapangan sepak bola, trek mulai bersahabat,
kekhawatiran semula yg mulai terbit, pupus sudah.

Singel trek,turunan, jembatan, dan mulai menanjak,
ku hentikan sepeda di pertengahan tanjakan,
untuk memastikan teman-teman ada persis dibelakangku,.........
soalnya sebentar lagi akan mamasuki area pemakaman.

Yg aku khawatirkan sebenarnya, bukan teman-teman tertinggal di belakang
akan tetapi aku tersesat di depan sendirian di daerah pemakaman,
pagi harinya baru di temukan tertidur sambil memeluk batu nisan di pekuburan,
kan ngak lucu ...... trek leader tersesat di halaman sendiri .hi..hi...

Selepas lapangan sepak bola ke dua Tapos, memasuki perkampungan Tapos,
terasa napas mulai normal kembali, entah kenapa ?

Memotong jalan raya Tapos, masuk ke area Cikuda,
kuhentikan sepeda di turunan di pintu masuk Cikuda
untuk memberi kesempatan yg lain di depan.

Lagi-lagi kita akan melewati daerah pemakaman sebelah kanan trek,
sebelum melewati jembatan kecil sungai cikeas yg menghubungkan Cikuda
dan Tapos yg diperuntukan pejalan kaki.

Tanjakan cikuda yg biasanya bisa dilewati dengan mudah oleh goweser senior,
kali ini agak lain, semua berebut tempat di tengah, sedangkan trek mewajibkan goweser berbaris ke belakang.

Teknik menanjak, telah dilupakan, shifter tetap bertengger di speed 9,
mana mungkin kita bisa menanjak, yg ada fucus ke bunyi burung malam,
jengkrik, anak ayam,suara angin menerpa daun-daun dan suara yg tidak biasa di dengar,ternyata dengan ttb bergerombol, lebih melegakan.

Lain lagi dg nte Wurry, dia tidak bisa membedakan sedang gowes atau jalan kaki,
yg dia rasakan kenapa kakinya ngak napak tanah ?,
beberapa detik kemudian dengkulnya sampai tanah duluan
untungnya ada protector disana.

Di akhir tanjakan kita rehat dulu, sambil sesi photo, lama juga nongrong disini.

Sebenarnya yg kupikirkan adalah trek berikutnya,
adalah etape trek di bawah pohon-pohon rindang atau hutan kecil,
sambil gowes terus, ku perhatikan arah posisi bulan karena gps ku
ngak berfungsi di malam hari (sepenuhnya bertenaga surya),
mata menyapu tebing-tebing berorientasi medan seperti yg
dilakukan anak pramuka, untuk memastikan rombongan tidak tersesat.

Ketika sampai di trek makadam, jantungku mulai berdenyut normal meskipun trek menanjak, tapi lain lagi dg om Heri, biasanya banyak istirah di tanjakan ini akan tetapi tadi malam kok melijit duluan, ada yg peduli dorongin kali......tapi kok ngak nampak ya ?

Seleapas itu on road lewat pintu tol cimanggis, pinggir tol, pindang gabus,mampir ngebaso, pulang deh terima kasih teman-teman, telah memberi sensasi NR offroad bareng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar